Raja Sapta Oktohari Kembali Pimpin KOI, Program Indonesia Olympic Academy Bakal Diluncurkan

Ferry Edyanto | Sabtu, 01 Juli 2023 - 19:21 WIB
Raja Sapta Oktohari Kembali Pimpin KOI, Program Indonesia Olympic Academy Bakal Diluncurkan
Raja Sapta Oktohari bersama wakilnya, Ismail Ning terpilih menjadi Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2023-2027. Foto: (Istimewa/Meganews.id).

 

MEGANEWS.ID - Raja Sapta Oktohari bersama wakilnya, Ismail Ning terpilih menjadi Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2023-2027.

Pasangan Okto - Ismail Ning terpilih secara aklamasi dalam Kongres Pemilihan KOI di Hotel Fairmont, Jakarta, Jumat (30/6/2023).

“Saya berterima kasih kepada seluruh pihak terutama teman-teman media yang terus menyuarakan pembinaan prestasi olahraga Indonesia. Kami baru saja selesai mengadakan Kongres dalam proses walaupun belum tuntas, tapi Alhamdulillah pemilihan secara aklamasi,” kata Okto dalam konferensi pers seusai Kongres.

Setelah kembali mendapatkan kepercayaan memimpin KOI, Okto pun membeberkan salah satu program pembinaan kedepan yang bakal dijalani NOC Indonesia.

Okto dan Ismail sebenarnya memiliki saingan bakal calon pasangan yakni, Oegroseno dan Djoko Pekik. Namun, Oegroseno dan Djoko tak mendapat minimal 30 suara dari para anggota federasi olahraga yang tergabung dalam KOI sehingga tak lolos persyaratan administrasi untuk melakukan pencalonan.

"Bakal calon pasangan ketum dan waketum tadinya dua, hanya saja yang satu tidak lengkap, yang satu lengkap Pak Okto, maka seperti yang kita saksikan hanya satu calon ketum dan waketum dan kemudian secara aklamasi terpilih menjadi Ktum KOI periode 2023-2027," kata Ketua Steering Committee Kongres KOI 2023, Jadi Rajagukguk, dalam konferensi pers pasca pemilihan, Jumat (30/6/2023).

Pada kesempatan yang sama, Okto juga menyampaikan rencananya untuk melanjutkan program yang sudah dilaksanakan sejak periode sebelumnya. Namun, dia juga mempersiapkan gebrakan untuk program baru bernama Indonesia Olympic Academy.

"Saya bersama saudara saya Ismail Ning sudah bekerja 4 tahun sebagai Komite Eksekutif, tandeman lama formatnya beda," ujar Okto. 

"Setelah ini kami tidak akan berhenti karena programnya masih banyak, dan ada program baru yang akan kami segera launching yaitu Indonesia Olympic Academy," tambahnya.

"Bahwa NOC Indonesia akan membuat akademi yang akan tersebar di seleuruh Indonesia, berafiliasi dengan Internasional Olympic Academy dari IOC yang merupakan program untuk menyebarkan Olympic Movement ke seluruh wilayah Indonesia," tuturnya.

Ismail pun optimis bisa bekerja dengan baik bersama Okto. Pasalnya, dia sudah tahu betul rekam jejak dan prestasi pria berusia 47 tahun itu di dunia olahraga. 

"Seperti yang disampaikan, saya mendampingi beliau selama 4 tahun sebagai Komite Eksekutif, ini bukan baru banget hanya formatnya saja beda. Juga sebelum di NOC saya sudah lihat kiprah beliau di dunia olahraga, jadi jelas saya bersedia mendukung saudara saya ini," ucap Ismail.

"Saya yakin di bawah kepemimpinan beliau, beliau bisa membawa olahraga Indonesia di kancah dunia, saya akan mencurahkan seluruh tenaga saya untuk membantu program beliau," tambahnya.

 

Bertalenta di Bidang Olahraga

Sebagai informasi, sebelum menjadi Ketua Umum KOI periode 2019-2023 dan 2023-2027, Okto dikenal sebagai seorang pengusaha dan juga promotor tinju sejak 2011. Setelah itu, dia terpilih sebagai Ketua PB Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) pada 2015.

Kemudian, Okto ditugaskan menjadi Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brail. Saat itu, Tim Merah-Putih sukses membawa pulang medali emas di cabang olahraga bulutangkis nomor ganda campuran lewat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Padahal, tradisi meraih emas di ajang empat tahunan itu sempat hilang pada edisi 2012. 

Setelah dua tahun menjabat sebagai Ketua PB ISSI, Okto menjadi Wakil Presiden Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC) pada 2017. Dia juga pernah menjadi Ketua Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC). Pada saat itu, walau hanya ditargetkan berada di urutan delapan klasemen perolehan medali dengan minimal 16 medali emas, Indonesia berada di posisi kelima dengan 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu di Asian Para Games 2018.

Saat menjadi Ketua Umum KOI periode 2019-2023, prestasi Okto juga bisa dibilang mentereng. Dalam masa kepemimpinannya, Kontingen Indonesia melampaui target yang ditetapkan pemerintah di ajang SEA Games 2019 yakni 60 medali. Saat itu mereka menggondol 72 emas, 84 perak dan 111 perunggu.

Tradisi medali emas Olimpiade pun berlanjut di Tokyo 2020, ketika Indonesia memenangkan emas di cabor bulu tangkis nomor ganda putri lewat pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Sementara di SEA Games 2021, Kontingen Indonesia berhasil meraup 242 medali yang terdiri dari 69 emas, 92 perak dan 81 perunggu. Kemudian, di SEA Games 2023, Kontingen Indonesia meraih kesuksesan yang luar biasa dengan mengantongi 87 emas, 80 perak dan 109 perunggu. Hasil tersebut pun melampaui target yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Seperti diketahui, orang nomor satu di Tanah Air itu menargetkan para atlet terbaik yang berangkat untuk bisa mengais lebih dari 69 emas, yang didapat pada edisi terakhir di SEA Games 2021 Vietnam.

Bahkan, selain memenuhi target presiden, prestasi ini merupakan yang terbaik bagi Indonesia dalam enam edisi terakhir. Dalam lima SEA Games sebelumnya atau sejak 2013, perolehan medali emas Tim Indonesia tidak pernah menyentuh angka 80.

 

Prestasi Butuh Dukungan Anggaran Besar

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari mengungkapkan, ada tiga tantangan demi meningkatkan prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia.

Okto, dalam jumpa pers usai Kongres KOI di Jakarta, Jumat, menilai anggaran olahraga merupakan tantangan terbesar saat ini, mengingat jumlahnya berada di bawah 0,01 persen dari APBN. Maka dari itu, Okto mengatakan pihaknya aikan terus mendorong agar anggaran untuk olahraga bisa meningkat seiring dengan target pertumbuhan prestasi.

“Makanya kita dorong. Tadi kita sudah menyampaikan juga inisiatif-inisiatif kepada ketua DPD, kepada Menpora, kita sampaikan bahwa tantangan kita ke depan adalah tentunya peningkatan prestasi itu tidak lepas dari anggaran, dan kita sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak,” kata Okto.

Lebih lanjut, anggaran juga tidak lepas dari Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang menurut Okto harus bisa fleksibel dan menyesuaikan dengan dinamika yang ada.

“Dan program DBON itu harus fleksibel dan tadi sudah disepakati oleh menpora bahwa tidak ada yang fixed. Jangan ada yang diam di zona nyaman karena semuanya harus berkompetisi, promosi dan degradasi itu merupakan keharusan untuk memastikan prestasi olahraga Indonesia semakin meningkat,” ujarnya.

Peningkatan prestasi, lanjut dia, juga senada dengan visi KOI kepengurusan 2023-2027 yaitu “Berdiri di Panggung Dunia”, yang diharapkan bisa mencakup banyak talenta untuk berpartisipasi di sektor olahraga.

“Ini bukan tentang prestasi para atlet saja, tapi termasuk juga pelatih, wasit. Mestinya banyak orang Indonesia yang qualified untuk menjadi wasit-wasit di (ajang) internasional,” kata Okto.

Selain itu, mengajak orang tua untuk melibatkan anaknya ke dalam pembinaan atlet, peningkatan kemampuan bahasa asing, hingga keterlibatan pihak swasta juga menjadi tantangan tersendiri.

“Kami semua sepakat bahwa kita akan mengajukan kepada pemerintah untuk perusahaan-perusahaan yang mau me-support olahraga Indonesia, memberikan sponsor, memberikan donasi atau dukungan penuh kepada prestasi olahraga Indonesia, mestinya bisa mendapatkan insentif. Dengan adanya insentif itu akan lebih banyak lagi perusahaan yang termotivasi untuk memberikan support maksimal kepada olahraga Indonesia,” ujar Okto.

yt-1 in left right search line play fb gp tw wa