MEGANEWS.ID - Kongres Advokat Indonesia (KAI) mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan Adnan Buyung Nasution sebagai pahlawan nasional. Buyung Nasution dinilai layak mendapatkan gelar pahlawan nasional atas jasa-jasanya memperjuangkan hukum dan keadilan bagi rakyat tertindas.
Hal itu disampaikan Penasehat DPP Kongres Advokat Indonesia (KAI) Advokat Erman Umar, S.H., menjawab wartawan, usai ziarah kubur ke makam tokoh pendiri KAI, Adnan Buyung Nasution dan Indra Sahnun Lubis, di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (19/5/2025).
Erman Umar ziarah ke makam dua pentolan KAI itu bersama Presiden DPP Kongres Advokat DR Nasrullah Nawawi, S.H., dan segenap pengurus lainnya.
Menurut Erman, ketokohan dan jasa-jasa Adnan Buyung Nasution pada bangsa ini sangatlah besar, sehingga layak sebagai pahlawan nasional. "Mengapa tidak?" ucap Erman mantap.
Adnan Buyung Nasution adalah pejuang keadilan. Nyaris jarang terdengar advokat dan atau profesi sejenis diusulkan menjadi pahlawan nasional. Meski, perjuangan dan spirit mereka membela hak-hak rakyat tertindas selalu didengungkan kendati jeruji besi sebagai imbalannya.
“Almarhum (Adnan Buyung Nasution sangat dikenal dan diakui kiprahnya dalam membela para korban kebijakan Orde Baru," kata Erman membuka sejarah perjuangan Almarhum, di era tahun 80-an.
Erman mengenal dekat Adnan Buyung Nasution, yang dikenal sangat konsisten dan tidak tergiur jabatan agar menanggalkan perjuangannya. “Oleh karena itu, rasanya patut pemerintah mempertimbangkannya,” ucap Erman Umar.
Bagi Erman Umar, usulan Bang Buyung -- Adnan Buyung biasa disapa, bukan karena dorongan dan dukungan atas berdirinya KAI saat terjadi pertikaian soal organisasi Advokat pada masa lalu.
Lebih dari itu, semangat dan perjuangannya membela rakyat tertindas hingga akhir hayatnya.
Bertepatan hari jadinya yang ke-17 tahun, KAI akan menggelar puncak perayaan HUT-nya di Hotel Ciputra, Jakarta Barat, Jumat (30/5/2025) sore ini.
Acara ulang tahun tersebut rencananya akan dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, advokat senior, serta ratusan anggota KAI dari seluruh Indonesia.
Profil Adnan Buyung Nasution
Adnan Buyung Nasution lahir di Jakarta pada 20 Juni 1934. Kehidupan keras masa kecil membentuknya sebagai sosok yang tangguh. Kala beranjak usai 12 tahun, dia sudah harus belajar mencari uang. Bersama adiknya, Samsi Nasution, mereka menjual barang loakan di Pasar Kranggan, Yogyakarta. Di tempat itu pula ibunya, Ramlah Dougur, berjualan es cendol.
Sementara ayahnya, R. Rachmat Nasution, bergerilya melawan Belanda pada 1947 hingga 1948. Sang ayah merupakan sosok yang bisa dibilang memberikan banyak pengaruh pada Buyung kecil. Selain sebagai seorang pejuang gerilya dan reformasi, Rahmat juga merupakan pendiri kantor berita Antara dan harian Kedaulatan Rakyat, sekaligus perintis The Time of Indonesia
Ketika mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama, Buyung dapat mengikuti mobilisasi pelajar berkat keaktifan sang ayah dalam politik. Dalam kariernya di organisasi tersebut, Buyung tercatat ikut berdemonstrasi terhadap pendirian sekolah NICA di Yogyakarta. Perjalanan karier sebagai advokat membuat Buyung kenyang makan asam garam kehidupan.
Hatinya terenyuh ketika melihat para terdakwa yang pasrah menerima dakwaan. Berangkat dari sana, Buyung lantas menggagas berdirinya Lembaga Bantuan Hukum atau LBH. Bagi Buyung, terdakwa belum tentu bersalah. Mereka butuh pembela. Namun sayangnya banyak tersangka yang tak mampu membayar pengacara. Saat di persidangan mereka tidak bisa membela diri.
Ide mendirikan LBH terealisasi setelah Buyung melanjutkan pendidikan di Universitas Melbourne. Di sana Adnan belajar bahwa Lembaga Hukum memiliki pola, model, dan bentuk. Dia kemudian membagi ide tersebut kepada Kepala Kejaksaan, Agung Soeparto. Menurut Agung Soeparto, belum waktunya ide tersebut direalisasikan.
Tanggapan Agung Soeparto memacu Buyung untuk mendapatkan banyak persetujuan. Untuk melancarkan gagasan mendirikan LBH, Buyung melakukan pendekatan dengan banyak petinggi hukum. Seperti Yap Thiam Hien, Lukman Wiryadinata, dan Ali Moertopo. Melalui Ali Moertopo, ide tersebut sampai di telinga Presiden Soeharto.
Buyung akhirnya mendapatkan persetujuan dan dukungan dari pemerintah. Selain presiden, Buyung juga mendapatkan suara dari Ali Sadikin Gubernur Jakarta saat itu. Sehingga, pada 28 Oktober 1970, lahirlah LBH dengan Buyung sebagai ketuanya. Pada pembukaan LBH tersebut, Buyung mendapatkan bantuan berupa 10 skuter dari pemerintah.
Buyung menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, pukul 10.15 pagi ini. Adnan disemayamkan di rumah duka Poncol Lestari nomor 7 Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Buyung dimakamkan di TPU Tanah Kusir selepas Salat Idul Adha. Banyak pengacara Indonesia yang merasa kehilangan atas kepergian Buyung.