MEGANEWS.ID - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Irjen Nico Afinta dari jabatan Kapolda Jatim. Pencopotan dilakukan Kapolri pasca Tragedi Arema vs Persebaya yang menewaskan 131 suporter di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Jabatan Kapolda Jatim diisi oleh Irjen Teddy Minahasa, Kapolda Sumbar yang pernah bertugas sebagai Kapolresta Malang Kota.
Pencopotan Irjen Nico Afinta berdasarkan telegram rahasia (TR) Keputusan Kapolri Nomor: Kep/1386/X/2022 tanggal 10-10-2022 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan polri.
Irjen Nico Afinta dimutasi sebagai Staf Ahli (Sahli) Bidang Sosbud di Mabes Polri.
Kapolda Sumbar yang ditinggalkan Teddy Minahasa diisi oleh Irjen Rusdi Hartono yang sebelummya menjabat Widyaswaea Utama Sespim Lemdiklat Polri.
Bersamaan dengan TR tersebut, Kapolri.juga memutasi Dirtipidsiber Polri Brigjen Asep Edi Suheri naik jabatan menjadi Wakabareskrim.
Jabatan yang ditinggalkan Brigjen Asep Edi Suheri selanjutnya diisi Kombes Adi Vivid Agustiadi Bachtiar. Adi Vivid adalah ajudan Presiden Jokowi.
"Ya betul , TR tersebut adalah tour of duty and tour of area , mutasi adalah hal yang alamiah di organisasi Polri dalam rangka promosi dan meningkatkan kinerja organisasi," ujar Dedi, Senin (10/10/2022).
Desakan Kapolda Jatim dicopot
Sebelumnya, desakan pencopotan jabatan Kapolda Jatim digaungkan oleh Aremania pasca Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Dalam tragedi tersebut, 131 suporter meninggal diduga dipicu oleh gas air mata yang ditembakkan oleh aparat keamanan yang menjaga laga Arema FC vs Persebaya.
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo terang-terangan membantah rumor pencopotan jabatan Irjen Nico Afinta.
Dedi menegaskan, pihaknya selalu mengedepankan profesionalitas dalam setiap tindakan.
Dedi mengaku hanya menyampaikan hasil identifikasi yang dilakukan tim bentukan Kapolri untuk mengusut kasus tragedi Kanjuruhan.
"Tim investigasi bekerja sesuai fakta hukum. Tim tidak berandai-andai dalam bekerja. Saya hanya menyampaikan update dari tim investigasi," ungkapnya.
Dedi meminta publik bersabar untuk selalu menanti informasi yang disampaikan oleh Humas Polri terkait insiden usai laga Arema FC melawan Persebaya.
"Tim investigasi bekerja sesuai fakta hukum. Tim tidak berandai-andai dalam bekerja. Saya hanya menyampaikan update dari tim investigasi," ungkapnya.
Dedi meminta publik bersabar untuk selalu menanti informasi yang disampaikan oleh Humas Polri terkait insiden usai laga Arema FC melawan Persebaya .
"Kasus ini sudah tahap penyidikan. Kami masih kumpulkan alat bukti dan keterangan saksi, ahli dan petunjuk lainnya. Baru nanti pada saatnya kita akan menetapkan tersangka," katanya.
Menurut Dedi, ia mengkiaskan penentuan tersangka bukanlah perkara yang sederhana.
"Perlu ketelitian dan kehati-hatian sebelum menetapkan tersangka terhadap seseorang," tutupnya.
Diminta tanggung jawab
Mohammad Supriyadi, Katua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Jatim yang juga Ketua Ikatan Alumni Universitas Widyagama Malang (Ikawiga) meminta Kapolri untuk segera melakukan pemberhentian pada Kapolda Jawa Timur dan Kapolres Malang.
Hal ini karena tragedi sepakbola di Stadion Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) saat ada pertandingan sepakbola antara Arema-Persebaya.
Dampaknya ratusan suporter Arema jadi korban. Sebanyak 125 orang meninggal dunia dan ratusan orang mengalami luka-luka.
Dikatakan, kejadian ini membuat institusi Polri tidak dipercaya publik dalam melakukan pengamanan.
Apalagi pertandingan seperti sepak bola yang semua persiapannya sudah dilakukan jauh-hari sebelum hari H.
"Kapolda Jatim tidak punya rasa sensitifitas di tengah Polri lagi berbenah untuk mengembalikan kepercayaan publik," kata dia dalam rilisnya, Senin (3/10/2022).
Menurutnya, kejadian ini diduga kelalaian pihak keamanan yang kurang mengantisipasi terjadinya tragedi tersebut.
Bahkan jika dilihat dari video yang beredar dari para penonton yang berada di lapangan, kericuhan semakin tidak terkendali.
Apalagi pihak keamanan menembakkan gas air mata pada penonton yang ada di tribun.
Kondisi ini membuat penonton berhamburan karena merasa ketakutan dengan sikap pihak keamanan. Padahal jika dikendalikan dengan sikap wajar, mungkin suasana lapangan bisa dikendalikan.